Tuesday, May 27, 2014

KAU YAKIN TUHAN MARAH?

Dia sudah terlalu sering bicara.

Dengan berbisik, gunung-gunung begidik

lepas cengkraman

manusia kehilangan zona nyaman

namun masih menantang.



Dunia sudah mencatat semua kejadian

dimana air menjadi peringatan

kocar kacir tak karuan

hampir musnah peradaban

saat amarah digaungkan.



Sekali - kali tidak akan Dia marah

walau manusia modern sudah membunuh-Nya,

pemilik otoritas tertinggi,

tidak mau merasa jadi budak lagi.



Murka hanya ada dalam sel - sel terdalam

dari ciptaan yang terumit.



Dan Dia terlampau rumit untuk mudah



disebut marah.

Tak Akan Ada Terang

Dan semua wajah pucat pasi

Tak berani lagi mereka bernyanyi

Mengangkangi dan meniduri mimpi

Menghardik keras merajam sunyi



Terlalu lelah sorot matamu

Memerah tergelitik debu

Suara yang dulu lantang berlalu

Terhanyut sayu, terhapus ragu



Berhenti berharap ada terang

Yang hadir tanpa engkau ciptakan

Tak perlu menggadai hati, menjual mimpi

Tuk berdiri di atas kaki sendiri



AKU TAK BISA BERJANJI APA-APA KECUALI MENYEKA AIR MATAMU


Di antara aspal hitam

ribuan langkah menjejak

tanda harapan pernah berpijak

gelas-gelas yang terpecah dan membelah

menjadi pertanda hening mengurai denting

ketika kaki - kaki kecil berlari

berlomba-lomba selamatkan diri.



Tiada lagi yang akan tersisa dari bencana,

senyuman hilang

tangis adalah rindu arah pulang

hati hanyalah sisa-sisa busukan pohon tumbang

biarlah aku pernah merasakan hatiku terbuang tanpa sia-sia

saat aku mengajarimu bercinta,

saat letusan dan gempa menyapu kota.

Sunday, May 4, 2014

pikiranmu tak selalu sesukamu



Aku jatuh cinta.

Apakah cupid telah memanahku?

“Omong kosong!”

aku jatuh cinta bukan karena cupid memanahku

cupid sama sekali tidak memanahku

aku telah memanahnya hingga mati

lalu memilih sendiri dengan siapa aku berhak jatuh cinta

dan detik ini

aku telah memilih otakmu untuk ku panah

terbaringlah,



rebah.