Saturday, March 15, 2014

LARA

usai sudah hal yg slama ini kita banggakan
peluh berujung pada duka
dan sedikitpun tak pernahy terbayangkan
biarkan saja berlalu
lepaskan dusta
yang selama ini membatasi
cukup kali ini air mata harus menetes
tersia
menyakiti hati

Tuesday, February 11, 2014

aku..

bukan aku tak bisa romantis
aku hanya tak cukup puitis
bukan karena aku egois
aku hanya sedikit idealis
aku tak segombal laki-laki lain,
yang sering memberimu kata-kata manis
aku mencoba realistis

kini kau kembali mempertanyakan perasaanku,
baiklah,
semoga kau mau menerima jawabanku

aku mencintaimu,
dari segala apa yang aku tahu tentangmu
aku tak peduli apa yang aku tak tahu tentangmu
inilah caraku, biarlah tetap begitu

asal kau tahu,
inilah cintaku, biarlah aku tetap menjadi diriku
hingga bibirku kelu tak dapat memanggil namamu

alasan...

kau alasan,
ku goreskan pena, merangkai kata
kau alasan,
ku berfikir , menjadi dewasa
kau alasan,
senyum, tawa, rindu, bahkan mungkin tetesan air mata
aku,
adalah yang tak pernah terselip dalam doa mu
yang tak sekalipun pernah datang menghiasi bunga tidur mu
aku,
hanyalah seorang pengecut
jangankan mengharap kau didekatku, bersamaku
menyebut dan mendengarkan tiap rangkaian kata tentangmu saja aku tak mampu
walau itu hanya sekedar terlintas di benakku

hikayat koin

seringkali kau hanya melihat pada kedua sisi
seperti koin
kau lupa ia tak hanya memiliki dua sisi
jarang kau pedulikan sisi yg ketiga
sisi yang jauh lebih kecil dari dua sisi lainnya
karena kau terlalu terpaku dengan hal-hal besar

Tertambat..

pagi ini,
aku merasa menjadi tetesan air di dedaunan
tersisa dari gerimis hujan semalam
lebih dari sekedar itu,
akulah yang mencintai bumi
juga kamu
begitu banyak orang yang pandai melukiskan pagi dengan begitu indah
namun kini,
pagi itu sendiri yang melukis wajahmu
sedangkan aku,
aku berusaha melukiskan diriku
dengan memahat dinding kokoh hatimu
supaya,
untuk melupakan aku dan menghapusku dari mu
kau harus melukai dirimu sendiri.